Kamis, 01 September 2011

PELUANG KUTAI TIMUR KEMBANGKAN BIOENERGI



P
engembangan bioenergi sebagai alternatif penyediaan energi menjadi pertimbangan penting bagi dunia saat ini karena kelangkaan suplai dan harganya yang semakin mahal. Sisi pendukungnya adalah ketersediaan teknologi yang mampu menyediakan bioenergi dalam jumlah dan kualitas yang mampu setara dengan energi konvensional.

Bioenergi adalah energi yang diperoleh dari sistem pemanenan energi matahari yang diproses oleh tumbuhan, kemudian digunakan secara langsung atau diolah untuk menghasilkan bahan baku penghasil energi.   

Lalu, bagaimana cara mengidentifikasi suatu daerah memiliki potensi sebagai penghasil energi? Bagaimana ekologi, ekonomi, dan sosial supaya mampu menjadi penyedia bioenergi berkelanjutan? Tulisan ini berupaya menyajikan prespektif tersebut dengan mengambil kondisi Kutai Timur sebagai daerah contoh.  

Landasan Pemikiran

Tiga landasan pemikiran yang menjadi argumen penulis untuk menyajikan tulisan ini. Pertama, posisi geografis dan luas wilayah Kutai Timur (Kutim). Posisi geografis yang berhadapan dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia sehingga prespketif energi sebagai input ataupun output dapat berjalan dengan baik. Jika sebagai input maka energi yang masuk (baik untuk energi pangan ataupun BBM), maka daerah ini menjadi target pasar atau konsumen. Jika sebagai output maka Kutim akan menjadi produsen energi. Kondisi ini sudah berjalan karena menjadi daerah penghasil batubara untuk nasional dan internasional. Luas wilayah Kutim memungkinkan untuk menjadi penghasil energi.  

Kedua, sejak awal berdiri Kutai Timur ini pada tahun 1998, telah mencanangkan agribisnis menjadi prioritas pembangunan selain peningkatan kualitas dan kuantitas SDM melalui pendidikan, dan perbaikan infrastruktur.  Prioritas pembangunan pada sektor agribisnis berimplikasi bahwa daerah pemekaran ini telah mempersiapkan diri menjadi produsen energi pangan ataupun untuk energi industri. Energi pangan berarti bagian wilayahnya diperuntukkan menghasilkan bahan pangan, dan selama ini dikenal sebagai areal pengembangan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit ini menghasilkan CPO untuk diolah menjadi minyak goreng, sabun, mentega dan sebagainya. Energi industri maka prioritas wilayahnya juga untuk menghasilkan bahan baku penghasil daya yang kelak menjadi pilihan pengganti bahan bakar minyak, batubara, dan gas.

Landasan pemikiran ketiga, ketersediaan teknologi yang memungkinkan bioenergi tersebut dikembangkan di Kabupaten Kutai Timur. Ketersediaan teknologi itu terjadi jerih payah para peneliti dari negera negara maju maupun negara-negara yang berpikiran maju dan telah menyadari bahwa kebutuhan energi dunia terus meningkat sedangkan penyediaannya akan semakin menipis jika hanya mengandalkan dari energi fosil.

Berdasarkan pemikiran Bauen, et al. 2009, pertimbangan untuk mengembangkan bioenergy karena didasari lima argumentasi berikut ini:
1.      Mampu berkontribusi lebih besar pada penyediaan energi utama dunia
2.      Secara nyata menurunkan emisi gas rumah kaca dan memberikan manfaat bagi lingkungan
3.      Meningkatkan ketahanan energi dan keseimbangan perdagangan energi dengan peran pengganti bahan bakar fosil dengan biomassa domestik
4.      Peluang untuk pengembangan ekonomi dan sosial bagi suatu wilayah
5.      Mendayagunakan limbah yang selama ini menjadi masalah di suatu daerah dan mengubahnya menjadi satu peluang.

Transfer Teknologi

Mungkin jadi ada kekuatiran bahwa kesenjangan komunikasi antara negara maju dengan negara berkembang akan menjadi penghalang terjadinya alih teknologi untuk menghasilkan bioenergi? Ada kekuatiran SDM daerah tak mampu menerima teknologi tersebut? Ataupun ada kekuatiran lain?

Untuk menjawab pertanyaan yang mengandung kekuatiran itu, maka perlu dijelaskan kondisi berikut ini. Negara-negara maju kuatir akan keterbatasan suplai energi dengan harga yang semakin mahal. Belum lagi dampak ekologi yang terjadi jika menggunakan energi nuklir seperti di Chernobil, Rusia atau punya yang baru baru ini terjadi di Fukushima, Jepang.

Alternatif solusinya adalah mendayagunakan potensi energi yang dimilikinya. Kondisi ini mengakibatkan negara-negara maju memanfaatkan betul energi surya, angin, gelobang, geothermal, dan biomassa yang dimilikinya.

Dukungan tambahan adalah mengamankan suplai energi dari daerah tropis yang lebih ditakdirkan lebih banyak kesempatan memanen energi surya melalui vegetasi yang tersedia.  Bagi negara-negara Eropa, pengembangan bioenergi dari biomassa sudah menjalani pengembangan dalam skala industri di negara-negara Amerika Latin seperti Brazil.

Negara negara di Asia seperti Thailand, India, dan Malaysia, telah menjadi negara produsen bioenergi yang menjadi eksportir energi ke Eropa. Hal ini berarti telah terjadi proses alih teknologi untuk wilayah tersebut. Kondisi di Indonesia juga telah terjadi dengan pembangunan pembangkit listrik berbahan baku biomassa di Provinsi Bangka Belitung melalui mekanisme pembiayaan Clean Development Mechanism (CDM).

Sumber Bioenergi

Penulis membagi enam kelompok sumber bioenergi yang perlu dipertimbangkan untuk Kabupaten Kutai Timur yaitu: (1) hutan alam dan hutan produksi; (2) perkebunan sawit dan karet; (3) areal pertanaian tanaman padi; (4). Peternakan, dan (5) belukar dan padang alang-alang, (6) limbah pedesaan/kota dan industri. 


Produksi Bioenergi

Untuk memghasilkan bioenergi, bahan baku perlu diproses melalui dua metode konversi yaitu konversi termokimia dan konversi biokimia.

Berdasarkan penelusuran pustaka, konversi termokimia dapat dilakukan dengan pembakaran langsung, pembakaran via boiller, mencampur bahan dengan batubara yang disebut Co-firing), thermal proces heat and space heat, thermal gasification, pyrolisis untuk mendapatkan bio-oil, Fisher-Tropsch Process, dan Haber-Bosh process.

Khusus untuk pembakaran melalui boiler, maka dijumpai proses antara yaitu pellet, torrefaction (pemanggangan), briket, dan kombinasinya.

Untuk konversi biokimia, bahan baku energi diubah melalui proses anaerobic, fermantasi, biobutanol, renewable diesel fuels, dan straight vegetable oil (SVO). 

Bahan Pertimbangan

Untuk pengembangan bioenergi di suatu wilayah, pengambil keputusan atau harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
1.      Pasar atau pabrik pengguna dari bioenergi?
2.      Apakah harga bioenergi lebih murah daripada harga BBM?
3.      Sudah siapkah lahan digunakan untuk produksi bioenergi?
4.      Kesiapan pemda membuat studi kelayakan untuk mendapatkan keyakinan pelaksanaan program bioenergi ini?
Pada saat produksi bioenergi maka ada lima hal yang dipertimbangkan yaitu lokasi dan luasan panen bahan baku, kualitas produksi, transportasi terkait dengan upaya mengurangi biaya produksi, dan gudang simpan (stockfile).  


Daftar Bacaan

Bauen A., et al. 2009. Bioenergy. A sustainable and reliable energy resources; A. review of status and prospects. www.ieabioenergy.com.

Aplikasi Program Minitab 15


APLIKASI  PROGRAM MINITAB 15: Statistika Untuk Riset Pertanian
Penulis: Dr. Syukri M. Nur

Bagi yang berminat dengan buku ini disilakan kontak ke penulis via email: syukrimnur@gmail.com